Banner 468 x 60px

 

Senin, 24 September 2012

Google Merilis Mesin PENCARIAN KHUSUS UNTUK AYAM BANGKOK

0 komentar
-->

GOOGLE MEMILIKI Mesin Pencari Khusus Yang sangat unik dalam hasil Pencarian dan hasilnya akan di tampilkan akan sangat mengejutkan Anda, Tentu sebagian orang tidak percaya, dan mesin Pencari tersebut akan semakin ketahuan UNIKNYA JIKA PNCARIAN DENGAN BERBAGAI KEYWORD DILAKUKAN BERULANG DENGAN KEYWORD YANG BERBEDA, Mesin Pencari tersebut berhasil kami dapatkan dari GOOGLE LANGSUNG DAN BERHASIL KAMI INSTAL DI WEBSITE INI, PENASARAN INGIN COBA, JANGAN TUNGGU LAMA LAMA...,,,,



 MESIN PENCARI TERUNIK GOOGLE TERBARU
Custom Search
Read more...

Jumat, 14 September 2012

Badai Topan Tampak dari satelit

0 komentar
badai laut
Ini Foto Badai Topan Isaac dari Luar Angkasa
WASHINGTON - Beberapa satelit memantau fenomena alam yang terjadi di bumi, yakni topan Isaac yang terjadi di sepanjang pesisir Louisiana, Amerika Serikat. Topan Isaac tersebut kemungkinan bergerak dari pesisir menuju daratan dan mengancam pemukiman di wilayah tersebut.

Dilansir Space, Rabu (29/8/2012), hampir tujuh tahun lalu, topan Katrina juga pernah meluluhlantakkan wilayah pesisir Louisiana hingga ke New Orleans.
Foto topan Isaac yang ditangkap National Aeronautics and Space Administration (NASA) TRMM dan satelit Terra serta pesawat luar angkasa Goes-13, yang dioperasikan oleh National Oceanic and Atmospheric Administration, menunjukkan perputaran angin kencang yang terletak di Gulf Coast pada 28 Agustus kemarin, sebelum badai itu datang ke daratan.
Kabarnya, topan Isaac telah bertambah kuat dari badai topis di kategori 1 dan meningkat siginifikan di titik maksimal dengan kecepatan angin 80 mph (130 kph). Hal ini diperkirakan akan menimbulkan hujan deras di beberapa titik selama beberapa hari ke depan.
Hasil tangkapan kamera dari satelit itu menampilkan betapa besar topan Isaac tersebut. Hingga kini, menurut NASA, angin badai tropis semakin melebar hingga 205 mil (330 kilometer) yang bergerak dari titik pusat topan Isaac. Sehingga, menciptakan pusaran dengan lebar 410 mil.
Pesawat luar angkasa GOES-13 memantau perkembangan topan Isaac untuk sementara waktu. GOES-13 mengamati raksasa pusaran itu melintasi Caribbean bagian timur hingga bergerak ke utara menuju Florida serta Teluk Meksiko.
GOES-13 menangkap laju topan Isaac melalui pengaturan gerakan lambat menuju Gulf Coast sejak tiga hari lalu. Video tersebut menampilkan titip pusat topan Isaac melaju sejauh 40 mil (64 kilometer) selatan Key West, Fla., pada sore hari 26 Agustus 2012, sebelum badai itu menuju Delta Mississippi. (amr)


Read more...

Proses Penetasan Telur Ayam dan Fase Pembentukan Embrio di Dalam Telur

0 komentar
 Jika Juragan Ingin Menetaskan Teur Tetas Dengan Mesin Tetas Berikut Cara Cara dan Proses Penetasan Telur
Inilah proses dan kejadian runtuk pembentukan anak ayam dari sebutir telur berproses menjadi embrio dan menjadi anak ayam yang kemudian menetas menjadi anak ayam utuh, suguh menakjubkan proses kejadian ciptaan Yang Maha Kuasa ini



--> Menetaskan telur-telur ayam serama dengan menggunakan mesin tetas (incubator) adalah salah satu alternatif untuk meningkatkan produktivitas anakan ayam serama, disamping itu mesin tetas dapat berfungsi sebagai pengganti indukan ayam serama betina yang terkadang tidak mau mengerami telurnya.

Menggunakan mesin tetas bukanlah tanpa masalah, saya melihat pengalaman dari seorang teman peternak ayam serama di Balikpapan yang menggunakan mesin tetas untuk menetaskan telur-telur serama ternyata banyak menemui kegagalan dalam hal hasil tetasan, dari seluruh telur-telur yang ditetaskan hanya 20-30% yang berhasil menetas dengan sempurna. Dia menuturkan faktor kegagalan penetasan telur terletak pada ketepatan pengaturan suhu di dalam ruang mesin tetas, kelembaban udara didalam mesin tetas, dan ketepatan dalam memutar posisi telur-telur yang ditetaskan. Lebih lanjut teman saya mengatakan bahwa telur-telur ayam serama lebih sensitif daripada telur-telur ayam kampung.

Dari pengalaman diatas, kami mencoba mendesain sebuah mesin tetas sederhana untuk kapasitas maksimum 100 telur. Setelah kami uji coba ternyata hasilnya bagus, mesin penetas tersebut kami beri kode PUI-100 (Pesona Unggas Inkubator - kapasitas 100 telur).

Agar hasil tetasan telur ayam serama dapat berhasil dengan optimal disini kami coba uraikan tahapan cara menetaskan telur ayam serama dengan menggunakan mesin tetas PUI-100, dari hari ke-1 sampai hari ke-21.

Mensetting Thermostat
Sebelum mesin tetas digunakan kita perlu mensetting thermostat terlebih dahulu agar pengaturan suhu di dalam ruang mesin tetas dapat konstan secara otomatis.

- Tutup pintu dan lubang ventilasi pada mesin tetas
- Nyalakan lampunya sambil dilihat skala pada thermometer (kita menghendaki suhu pada skala 101°F)
- Jika sebelum suhu 101°F lampu sudah padam maka geserlah tabung kapsul thermostat ke atas dengan cara memutar ke kanan baut penyangga kapsul.
- Jika suhu melewati 101°F lampu baru padam maka geserlah tabung kapsul thermostat ke bawah dengan cara memutar ke kiri baut penyangga kapsul.
- Jika lampu padam tepat pada suhu 101°F berarti mesin tetas siap digunakan.

Memulai Penetasan
1. Hari ke-1:

Setelah sumber pemanas dihidupkan, pintu dan lubang ventilasi dari mesin penetas ditutup rapat, suhu tetap dipertahankan 101°F (38,33°C). Aturan-aturan ini berlaku dalam jangka waktu 48 jam atau Selama dua hari berturut-turut untuk menekan seminimal mungkin perubahan temperatur udara.

Photobucket

Hari ke-1 ( 1 Nopember 2011)


2. Hari ke-2:

Mesin tetas tetap dalam kondisi tertutup rapat, sementara suhu ruangan sama seperti pada hari pertama.

Photobucket

Hari ke-2 (2 Nopember 2011)


3. Hari ke-3:

Mulai dilakukan pemutaran telur dengan menggerakkan handle rak putar ke depan atau kebelakang. Pemutaran telur dilakukan supaya seluruh bagian telur mendapatkan panas secara merata. Hal ini sangat berguna untuk meningkatkan daya tetas. Kegiatan pemutaran dikerjakan dua atau tiga kali dalam sehari, masing-masing pada pukul 07.00, dan 19.00, atau pukul 07.00, 12.00 dan 19.00. Pemutaran telur dilakukan secara rutin setiap hari mulai hari ketiga sampai hari ke17 dengan frekuensi yang sama.

Photobucket

Hari ke-3 (3 Nopember 2011)


4. Hari ke-4:

Kegiatan yang dilakukan meliputi pemutaran, dan pembukaan lubang ventilasi selebar 1/4 bagian dan peningkatan suhu mesin penetas menjadi 102°F (3 8,8°C). Baki perlu diperiksa, apakah air yang ada di dalamnya masih cukup atau tidak.

Photobucket

Hari ke-4 (4 Nopember 2011)

Embrio belum kelihatan




--> 5. Hari ke-5:

Kegiatan sama seperti hari ke-4, hanya saja lubang ventilasi dibuka selebar 1/2 bagian.

Photobucket

Hari ke-5 (5 Nopember 2011)

Telur yang bakal jadi embrio mulai kelihatan


6. Hari ke-6:

Lubang ventilasi dibuka 3/4 bagian. Mengenai kegiatan, semuanya masih sama seperti hari ke-5.

Photobucket

Hari ke-6 (6 Nopember 2011)

Embrio yang berkembang semakin jelas kelihatan




Photobucket

Ini adalah contoh telur yang embrionya tidak berkembang atau telur infertile

Telur seperti ini bisa dikeluarkan dari mesin tetas dan masih layak untuk di konsumsi


7. Hari ke-7:

Pemutaran telur tetap diläkukan tiga kali sehari. Pada malam hari mulai melakukan peneropongan telur (candling) untuk mengetahui keadaan di dalam telur. Mengapa harus malam hari? Sebab, pada waktu itulah peneropongan dapat dilakukan secara maksimal mengingat kondisinya yang berlawanan dengan sinar atau pencahayaan alat teropong. Bisa saja hal ini dilakukan pada waktu siang, hanya saja akurasi pengamatan lebih rendah daripada malam hari. Melalui peneropongan tersebut akan diketahui telur yang fertil, telur kosong (infertil) dan kematian embrio di dalam telur.




Hari ke-7 (7 Nopember 2011)

Perkembangan embrio umur 7 hari dalam mesin tetas


Telur yang fertil dimasukkan kembali ke rak tetas, sedangkan telur yang embrionya mati harus segera disingkirkan. Telur kosong masih dapat dimanfaatkan sebagai telur konsumsi. Suhu dalam mesin penetas tetap dipertahankan 102°F (38,88°C), namun lubang ventilasi dibuka seluruhnya.

8. Hari ke-8:

Kegiatan masih berkisar pada pemutaran, seperti yang dilakukan pada hari-hari sebelumnya. Demikian pula mengenai lubang ventilasi yang tetap dibuka seluruhnya. Memasuki hari kedelapan, suhu penetasan ditingkatkan menjadi103°F (39,44°C)


Hari ke- 8 (8 Nopember 2011)

Perkembangan embrio umur 8 hari dalam mesin tetas


9. Hari ke-9:

Seluruh kegiatan sama dengan hari ke-8.


Hari ke-9 (9 Nopember 2011)

Perkembangan embrio umur 9 hari dalam mesin tetas


10. Hari ke-10:

Kegiatan masih sama dengan hari ke-9.


Hari ke-10 (10 Nopember 2011)

Perkembangan embrio umur 10 hari dalam mesin tetas


11. Hari ke-11:

Kegiatan masih sama dengan hari ke-10.


Hari ke-11 (11 Nopember 2011)

Perkembangan embrio umur 11 hari dalam mesin tetas


12. Hari ke-12:

Kegiatan masih sama dengan hari ke-11.


Hari ke-12 (12 Nopember 2011)

Perkembangan embrio umur 12 hari dalam mesin tetas

embrio semakin besar kelihatan tidak bergerak


13. Hari ke-13:

Tidak ada perbedaan dengan kegiatan pada hari ke-13


Hari ke-13 (13 Nopember 2011)

Perkembangan embrio umur 13 hari dalam mesin tetas

-->
embrio semakin besar kelihatanya tidak bergerak


14. Hari ke-14:

Pada hari ke- 14, kembali dilakukan peneropongan telur untuk mengetahui keadaan embrio di dalamnya. Embrio yang mati di dalam telur langsung dikeluarkan, sehingga rak tetas hanya diisi telur dengan bibit yang masih hidup saja. Namun jika masih ragu-ragu sebaiknya telur tetap biarkan dalam mesin tetas sampai hari yang ke 21, karena pada hari ke 14 ini sulit membedakan embrio yang hidup dan tidak, karena sama-sama tidak bergerak. Selain peneropongan, semua kegiatan pada han ke- 14 ini sama dengan hari ke-13.

15. Hari ke-15:

Telur-telur tetas tetap diputar 3 kali sehari. Suhu masih 103°F (39,44°C) dan lubang ventilasi juga tetap dibuka seluruhnya.


Hari ke-15 (15 Nopember 2011)

embrio semakin besar


16. Hari ke-16:

Sama dengan kegiatan pada han ke-15.


Hari ke-16 (16 Nopember 2011)


17. Hari ke-17:

Semua kegiatan masih sama dengan yang dilakukan pada hari ke- 16.

18. Hari ke-18:

Kegiatan pemutaran masih dilakukan, tetapi sesudahnya tidak boleh dilakukan lagi hingga telur menetas. Memasuki hari ke-18 sampai 21, telur mengalami masa kritis yang pada saat tersebut embrio mengalami perubahan yang sangat cepat untuk menjadi anak ayam. Beberapa organ tubuh mulai tumbuh sempurna, sehingga cukup peka terhadap perubahan temperatur udara luar. Suhu dalam ruangan mesin tetas ditingkatkan menjadi 104°F(40°C).

Photobucket

Hari ke-18 (18 Nopember 2011)


19. Hari ke-19:

Sebagian telur mulai retak. Pada saat seperti ini ruangan mesin penetas membutuhkan kelembaban yang lebih tinggi daripada hari- hari sebelumnya.Untuk menciptakan suasana tersebut, kita dapat menambah volume air pada baki. Suhu masih 104°F (40°C) dan lubang ventilasi tetap terbuka.

Photobucket

Hari ke-19 (19 Nopember 2011)


20. Hari ke-20 dan ke-21:

Seperti hari ke- 18 dan 19, maka pada hari ke-20. Suhu dipertahankan pada skala 104°F (40°C). Proses pecahnya kulit telur terjadi pada hari ke-20 dan ke-2 1. Anak ayam melalui paruhnya menekan ujung tumpul yakni rongga udara, kemudian memperpanjang diri dan menggelembung. Akibatnya, kulit telur menjadi sobek dan lama-kelamaan akan pecah. Dengan kekuatan sedikit demi sedikit, ujung tumpul tadi akan terangkat dan kepala anak ayam tersebut menyembul keluar.


Hari ke-20 dan ke-21 
Proses Menetas
 
 
 
-->
Read more...

Vaksinasi ND Tetelo Terbaru; Penanggulangan Mereks Korisa dan Aneka Penyakit Unggas Lainnya

0 komentar

Vaksin Penyakit Tetelo (ND) Untuk Ayam

clip_image001Jenis vaksin Tetelo banyak macamnya dan dapat diberilan pada ayam dengan beberapa macam antara lain dengan diteteskan pada mata,injeksi, dicampurkan dengan minuman, dan degan disemprotkan pada udara sekitar ayam.
Khusus untuk ayam aduan dan ayam hias harus hati hati dalam memberikan vaksin ini , karena bisa berakibat fatal bila salah dalam pemberiannya, gunakan vaksin ND Inaktif , cara pemberianya dapat dilakukan dengan tetes mata, atau di campurkan minuman, lihat aturan cara pemberian vaksin sesuai petunjuk yang diberikan oleh produsen Vaksin.
Sekarang ada cara baru untuk memberikan vaksin yaitu melalui pakan ayam dengan jenis vaksin ND per Oral , inilah caranya
Teknik pembuatan vaksin ND per oral ( melalui makanan )
BAHAN :
Vaksin ND per-oral, gabah, beras (nasi aron), air
ALAT :
Ember, gelas ukur, sendok dll

1. Cara pemberian vaksin
a. Pemberian vaksin ND per-oral merupakan cara baru dalam pemberantasan penyakit tetelo, yaitu dengan cara mencampur vaksin dengan pakan sebagai karier vaksin
b. Vaksin ND per-oral mengandung virus ND yang tidak ganas, dan tahan selama dua minggu pada suhu 28øC, sedangkan pada suhu 4øC vaksin
tahan beberapa bulan.
c. Jenis vaksin yang dipergunakan adalah vaksin RIVS 2 dan RIVS 3, dengan daya kekebalan mencapai 60 %.
2. Jenis pakan sebagai karier
a. Gabah jenis kecil atau yang biasa disebut Gabah Bangkok dapat langsung dipergunakan sebagai karier vaksin, sedangkan gabah jenis besar gabah beras biasa jenis ini lebih kasar maka perlu direbus selama 10 menit dalam air mendidih, kemudian diangin-anginkan sampai dingin, jenis ini dapat dipergunakan sebagai karier untuk ayam dewasa.
b. Nasi atau Nasi aron (beras yang direbus selama 10-20 menit) setelah dingin dapat dipergunakan sebagai karier vaksin untuk anak ayam.
3. Cara pemakaian
1.
Satu vial (botol kecil) vaksin ND per-oral sebanyak 2 ml dicampur dengan air bersih sebanyak 200 ml, kemudian disimpan dalam ember plastik. Kemudian campurkan pakan karier tersebut sebanyak 2 kg kedalam larutan vaksin sedikit demi sedikit dan diaduk sampai rata.
2.
Pakan yang telah dicampur dengan vaksin tersebut kemudian diberikan kepada ayam sebanyak 200 ekor, dengan cara ditaburkan ditempat bersih, teduh dan terlindung dari sinar matahari langsung.
3.
Pakan yang telah dicampur dengan vaksin tersebut harus habis dipergunakan dalam waktu tidak kurang dari 4 jam.
4. Vaksinasi awal dilakukan dua kali (vaksinasi pertama dan booster) dengan interval 3 minggu. Untuk vaksinasi booster dilakukan tiga minggu setelah vaksin pertama, selanjutnya untuk vaksin ulangan dapat dilakukan setiap 3 bulan.
5. Pemberian vaksin hendaknya dilakukan di pagi hari sebelum ayam mendapat makanan lain
Sumber : Deptan

Pencegahan Penyakit Unggas dengan Cleaning Program Saat Cuaca Buruk


clip_image003


Saat musim Pancaroba merupaka Saat cuaca tidak bersahabat bagi Unggas / ayam atau cuaca buruk adalah saat antisipasi bagi para peternak untuk waspada terhadap berbagai serangan penyakit pada unggas peliharaannya, indikator cuaca buruk antara lain perubahan cuaca yang berubah-uabah secara ekstrim, hujan terus menerus, atau kemarau yang berkepanjangan. Kondisi cuaca sangat berpengaruh terhadap stamina hewan ternak misalnya ayam, jika stamina hewan ternak megalami drop maka kemungkinan terinfeksi penyakit sangat besar.
Disaat kondisi seperti ini peternak perlu menjalankan cleaning program, yakni program penangulangan secara preventif terhadap kesehatan hewan ternak agar tidak terjadi penurunan stamina atau terinfeksi penyakit.
Perlu atau tidaknya pemberian obat pada kondisi cuaca buruk yang berkepanjangan tergantung pada kondisi ayam. Jika ayam tidak menunjukkan gejala sakit atau terjadi penurunan produksi, maka cukup dengan pemberian vitamin anti stres dan meningkatkan kondisi tubuh ayam, seperti Strong n Fit, Vita Stress, Fortevit atau Vita Strong.
Jika ayam menunjukkan gejala sakit/terjadi penurunan produksi pemberian obat dapat dilakukan, tentunya obat harus disesuaikan dengan penyakitnya. Sebagai contoh ayam menunjukan gejala ngorok (CRD) maka pemberian Trimezyn-S, dapat dilakukan dengan selang 1 hari dari pemberian sebelumnya atau diganti dengan obat dari golongan yang lain seperti Neo Meditril, Doxyvet atau Proxan-S (pilih salah satu). Yang perlu diperhatikan saat melakukan cleaning program yaitu ketepatan dosis yang diberikan dan hati-hati saat jadwal vaksinasi terutama vaksinasi melalui air minum, sebaiknya pemberian obat dihentikan dulu (dapat diberikan lagi keesokan harinya).
Selain dengan pemberian antibiotik atau vitamin, yang tak kalah penting perlu dilakukan pada saat kondisi cuaca tak bersahabat yaitu melakukan praktek manajemen pemeliharaan yang baik. Hal ini untuk mencegah tingkat stres makin tinggi dan meningkatnya bibit penyakit di lingkungan kandang.

Manajemen tersebut antara lain yaitu :

  • Perhatikan sistem sirkulasi udara dengan sistem buka-tutup tirai kandang (sesuai kondisi cuaca), agar ayam mendapatkan suplai oksigen dengan baik, jika perlu tambahkan blower atau berikan “hujan buatan” saat suhu lingkungan melebihi suhu nyaman. Sedangkan saat udara dingin dan hujan, tutuplah tirai kandang dan jika perlu nyalakan brooder.
  • Atur distribusi dan jumlah tempat ransum dan minum ayam. Hal ini menjadi penting karena ketika suhu udara menjadi panas, konsumsi air minum meningkat. Sebaliknya pada suhu dingin, konsumsi pakan dapat meningkat. Dalam situasi demikian, kompetisi memperebutkan pakan dan air minum meningkat. Bila tidak ditanggulangi dengan seksama rentan menimbulkan korban, baik karena kanibalisme, tertindih ataupun tidak mendapatkan nutrisi yang cukup.
  • Pemuasaan ayam pada saat cuaca panas dengan mengurangi jumlah pakan, cukup efektif menekan tingkat kematian akibat heat stress (lama pemuasaan tergantung pada kondisi lapangan). Hal ini berhubungan dengan pembentukan panas dari pakan dan keterbatasan ayam dalam mengeluarkan panas dari tubuhnya. Pertalian erat antara keduanya menyebabkan ayam akan semakin kepanasan yang berasal dari lingkungan dan juga suhu tubuh. Pada suhu dingin, peternak justru diharapkan menambah jumlah pakan yang diberikan dengan harapan menyediakan energi untuk menghangatkan tubuh
  • Atur kepadatan ayam agar memberi ruang gerak yang lebih leluasa. Hal ini juga dapat menyediakan sirkulasi udara lebih baik sehingga udara tidak pengap.
  • Tingkatkan biosekuriti dengan melakukan penyemprotan menggunakan Antisep, Neo Antisep atau Medisep (pada kandang yang berisi ayam).
  • Lakukan desinfeksi air minum dengan Desinsep, Antisep atau Neo Antisep untuk menekan penularan bibit penyakit melalui air minum (hati-hati saat ada jadwal vaksinasi/pengobatan/pemberian viamin)
sumber : info medion

Penyakit Gumboro | Infectious Bursal Disease (IBD)


clip_image005Penyakit Gumboro ini banyak menyebakan kematian pada unggas, tetapi frekuensi wabah ini tidak begitu aktif seperti ND , Lakukan Vaksinasi terhadap Ayam Bangkok Anda jika sekiranya disekitar areal peternakan ayam atau di kampung atau daerah anda ada yang terserang penyakit ini.
Penyakit Gumboro menyerang kekebalan tubuh ayam, terutama bagian fibrikus dan thymus. Kedua bagian ini merupakan pertahanan tubuh ayam. Pada kerusakan yang parah, antibody ayam tersebut tidak terbentuk. Karena menyerang system kekebalan tubuh, maka penyakit ini sering disebut sebagai AIDSnya ayam.
Etiologi / Tipe Penyakit Gumboro
Gumboro (Infectious Bursal Disease) disebabkan oleh Tipe 1 galur virus Avibirna (Avibirnavirus).
Tipe 1 : dikenal ada 2 serotipe virus, yaitu yang klasik dan yang sangat patogenik (vvIBD). Di Amerika serikat dan Amerika Tengah didominasi oleh variant Deleware A sampai E yang patogenik.
Tipe2: Galur kalkun adalah bersifat tidak patogenik terhadap ayam
Kejadian
Penyakit Gumboro (Infectious Bursal Disease)/IBD menyerang ayam yang belum dewasa diseluruh dunia. Di dalam tubuh ayam, virus Avibirnavirus dapat hidup hingga lebih dari 3 bulan, kemudian akan berkembang menjadi infeksius.
Infeksi akut dengan galur klasik ringan atau variannya dapat mengakibatkan mortalitas sampai 5%. Variannya lebih bersifat imunosupresif dibandingkan dengan galur klasik. Virus yang sangat patogenik (vvIBD) dapat membunuh ayam yang peka sampai sebesar 50%.
Penyakit Gumboro sendiri sebenarnya memang tidak menyebabkan kematian secara langsung pada ayam, tetapi karena adanya infeksi sekunder yang mengikutinya akan menyebabkan kematian dengan cepat karena virus Avibirnavirus bersifat imunosupresif yang menyebabkan kekebalan tubuhnya tidak bekerja sehingga memudahkan kawanan ayam yang diserang oleh virus dan infeksi skunder oleh bakteri.
Patogenesis
Penularan penyakit Gumboro atau IBD dapat melalui kontak langsung antara ayam yang muda dengan ayam yang sakit atau terinfeksi pada peternakan yang mempunyai ayam berbagai umur dapat mengakibatkan infeksi ini terus menyebar dan sangat sulit dikendalikan.
Peralatan, kandang, air minum dan pakaian petugas yang terkontaminasi Gumboro dapat juga memperparah kejadian penyakit tersebut. Penyakit Gumboro tidak menular dengan perantaraan telur dan ayam sudah sembuh tidak menjadi carrier.
Gejala klinis
Morbiditas penyakit Gumboro sangat bervariasi yaitu antara 5-50% dan mortalitas atau angka kematian unggas dapat berkisar antara 5-50% dari seluruh populasi unggas, tergantung pada patogenesitas galur virus IBD dan kerentanan dari unggas itu sendiri.
Ayam yang terkena penyakit Gumboro akan menunjukkan gejala seperti gangguan saraf, merejan, diare, tubuh gemetar, bulu di sekitar anus kotor dan lengket serta diakhiri dengan kematian ayam.
Diagnosis
Berdasarkan gejala klinis yang ditimbulkan dari penyakit Gumboro.
Pemeriksaan histopatologi
Virus Avibirna dapat isolasi dalam telur berembrio spesifik pathogen free (SPF) atau pada biakan jaringan.
Pencegahan
Penanggulangan Gumboro ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu vaksinasi, menjaga kebersihan lingkungan kandang.
Program Vaksinasi Gumboro Pada Ayam
Program A
Umur : 4 hari
Vaksin : Medivac Gumboro Emulsio
Cara Pemberian : Suntikan 0,2 ml
Umur : 7 hari *
Vaksin : Medivac Gumboro A
Cara Pemberian : Tetes Mulut
atau
Umur : 10-14 hari **
Vaksin : Medivac Gumboro A atau Medivac Gumboro B
Cara Pemberian : Tetes Mulut/air minum
atau
Program B
Umur : 7 hari *
Vaksin : Medivac Gumboro A
Cara Pemberian : Tetes Mulut
atau
Umur : 10-14 hari **
Vaksin : Medivac Gumboro A Medivac Gumboro B
Cara Pemberian : Tetes Mulut/air minum
Umur : 21-28 hari
Vaksin : Medivac Gumboro A Medivac Gumboro B
Cara Pemberian : Tetes Mulut/air minum
* Gunakan Medivac Gumboro A didaerah yang sering terserang penyakit Gumboro pada umur yang sangat dini (+-2minggu)
** Gunakan Medivac Gumboro A atau Medivac Gumboro B didaerah yang sering terserang penyakit gumboro pada umur lebih dari 3 minggu. Gunakan Medivac Gumboro A jika wabah disebabkan oleh virus gumboro yang sangat ganas (kematian lebih dari 5 %)
Jenis jenis Penyakit karena Bakteri
Berak putih (pullorum)
Menyerang ayam kampung dengan angka kematian yang tinggi.
Penyebab: Salmonella pullorum.
Pengendalian: diobati dengan antibiotika
Foel typhoid
Sasaran yang disering adalah ayam muda/remaja dan dewasa.
Penyebab: Salmonella gallinarum. Gejala: ayam mengeluarkan tinja yang berwarna hijau kekuningan.
Pengendalian: dengan antibiotika/preparat sulfa.
Parathyphoid
Menyerang ayam dibawah umur satu bulan.
Penyebab: bakteri dari genus Salmonella.
Pengendalian: dengan preparat sulfa/obat sejenisnya.
Kolera
Penyakit ini jarang menyerang anak ayam atau ayam remaja tetapi selain menyerang ayam menyerang kalkun dan burung merpati.
Penyebab: pasteurella multocida.
Gejala: pada serangan yang serius pial ayam (gelambir dibawah paruh) akan membesar.
Pengendalian: dengan antibiotika (Tetrasiklin/Streptomisin).
Pilek ayam (Coryza)
Menyerang semua umur ayam dan terutama menyerang anak ayam.
Penyebab: makhluk intermediet antara bakteri dan virus.
Gejala: ayam yang terserang menunjukkan tanda-tanda seperti orang pilek.
Pengendalian: dapat disembuhkan dengan antibiotia/preparat sulfa.
CRD
CRD adalah penyakit pada ayam yang populer di Indonesia. Menyerang anak ayam dan ayam remaja.
Pengendalian: dilakukan dengan antibiotika (Spiramisin dan Tilosin).
Infeksi synovitis
Penyakit ini sering menyerang ayam muda terutama ayam broiler dan kalkun.
Penyebab: bakteri dari genus Mycoplasma.
Pengendalian: dengan antibiotika.
Penyakit karena Virus
Newcastle disease (ND)
ND adalah penyakit oleh virus yang populer di peternak ayam Indonesia. Pada awalnya penyakit ditemukan tahun 1926 di daerah Priangan. Penemuan tersebut tidak tersebar luas ke seluruh dunia. Kemudian di Eropa, penyakit ini ditemukan lagi dan diberitakan ke seluruh dunia. Akhirnya penyakit ini disebut Newcastle disease.
Infeksi bronchitis
Infeksi bronchitis menyerang semua umur ayam. Pada dewasa penyakit ini menurunkan produksi telur. Penyakit ini merupakan penyakit pernafasan yang serius untuk anak ayam dan ayam remaja. Tingkat kematian ayam dewasa adalah rendah, tapi pada anak ayam mencapai 40%. Bila menyerang ayam petelur menyebabkan telur lembek, kulit telur tidak normal, putih telur encer dan kuning telur mudah berpindah tempat (kuning telur yang normal selalu ada ditengah). Tidak ada pengobatan untuk penyakit ini tetapi dapat dicegah dengan vaksinasi.
Infeksi laryngotracheitis
Infeksi laryngotracheitis merupakan penyakit pernapasan yang serius terjadi pada unggas. Penyebab: virus yang diindetifikasikan dengan Tarpeia avium. Virus ini di luar mudah dibunuh dengan desinfektan, misalnya karbol.
Pengendalian: belum ada obat untuk mengatasi penyakit ini; pencegahan dilakukan dengan vaksinasi dan sanitasi yang ketat.
Cacar ayam (Fowl pox)
Gejala: tubuh ayam bagian jengger yang terserang akan bercak-bercak cacar.
Penyebab: virus Borreliota avium.
Pengendalian: dengan vaksinasi.
Marek
Penyakit ini menjadi populer sejak tahun 1980-an hingga kini menyerang bangsa unggas, akibat serangannya menyebabkan kematian ayam hingga 50%.
Pengendalian: dengan vaksinasi.
Gumboro
Penyakit ini ditemukan tahun 1962 oleh Cosgrove di daerah Delmarva Amerika Serikat. Penyakit ini menyerang bursa fabrisius, khususnya menyerang anak ayam umur 3–6 minggu.
Penyakit karena Jamur dan Toksin
Penyakit ini karena ada jamur atau sejenisnya yang merusak makanan. Hasil perusakan ini mengeluarkan zak racun yang kemudian di makan ayam. Ada pula pengolahan bahan yang menyebabkan asam amino berubah menjadi zat beracun. Beberapa penyakit ini adalah :
Muntah darah hitam (Gizzerosin)
Ciri kerusakan total pada gizzard ayam.
Penyebab: adalah racun dalam tepung ikan tetapi tidak semua tepung ikan menimbulkan penyakit ini. Timbul penyakit ini akibat pemanasan bahan makanan yang menguraikan asam amino hingga menjadi racun.
Pengendalian: belum ada.
Racun dari bungkil kacang
Minyak yang tinggi dalam bungkil kelapa dan bungkil kacang merangsang pertumbuhan jamur dari grup Aspergillus. Untuk menghindari keracunan bungkil kacang maka dalam rancung tidak digunakan antioksidan atau bungkil kacang dan bungkil kelapa yang mengandung kadar lemak tinggi.
Penyakit karena Parasit
Cacing
Karena penyakit cacing jarang ditemukan di peternakan yang bersih dan terpelihara baik. Tetapi peternakan yang kotor banyak siput air dan minuman kotor maka mungkin ayam terserang cacingan.
Ciri serangan cacingan adalah tubuhnya kurus, bulunya kusam, produksi telur merosot dan kurang aktif.
Kutu
Banyak menyerang ayam di peternakan Indonesia. Dari luar kutu tidak terlihat tapi bila bulu ayam disibak akan terlihat kutunya. Tanda fisik ayam terserang ayam akan gelisah. Kutu umum terdapat di kandang yang tidak terkena sinar matahari langsung maka sisi samping kandang diarahkan melintang dari Timur ke Barat. Penggunaan semprotan kutu sama dengan cara penyemprotan nyamuk. Penyemprotan ini tidak boleh mengenai tangan dan mata secara langsung dan penyemprotan dilakukan malam hari sehingga pelaksanaannya lebih mudah karena ayam tidak aktif.
Penyakit karena Protozoa
Penyakit ini berasal dari protozoa (trichomoniasis, Hexamitiasis dan Blachead), penyakit ini dimasukkan ke golongan parasit tetapi sebenarnya berbeda. Penyakit ini jarang menyerang ayam lingkungan peternakan dijaga kebersihan dari alang-alang dan genangan air.

Mengatasi Penyakit Korisa Pada Ayam

clip_image007
Penyakit korisa atau snot (pilek) sudah akrab di telinga para peternak unggas. Tanda penyakit tersebut juga mudah dikenali, dan hampir semua jenis unggas mudah terserang penyakit ini, diantaranya ayam pedaging, petelur, buras (kampung), merpati, itik maupun puyuh. Korisa bisa menyerang ayam pada semua umur, khususnya mulai umur 3 minggu sampai masa produksi.
Peternak seringkali hanya tahu bahwa korisa merupakan suatu penyakit pernapasan (dilihat dari tanda khasnya), padahal korisa juga menyebabkan penurunan produksi telur. Pada ayam pedaging, penyakit ini juga mengganggu pertumbuhan ayam sehingga ayam sulit mencapai berat standar. Kerugian yang lainnya ialah tingginya biaya pengobatan, ayam menjadi mudah terserang penyakit lain atau penyakit menjadi komplek sehingga penyakit semakin sulit diatasi (ayam disembuhkan) dan seringkali berakhir dengan kematian.
Penyebab
Korisa disebabkan oleh bakteri Haemophilus paragallinarum yang merupakan bakteri Gram (-), berbentuk batang pendek (coccobacilli), non motil (tidak bergerak), tidak berspora, fakultatif anaerob (bisa hidup pada media yang tidak ada oksigen maupun ada oksigennya), memerlukan faktor V (Nicotinamide-Adenindinucleotide/NAD yang ditemukan dalam sel darah merah dan penting sebagai pertumbuhan bakteri). Bakteri ini terdiri dari 3 serotipe A (W), B (Spross) dan C (Modesto). Serotipe A dan C lebih virulen dibandingkan serotipe B. Di Indonesia, isolasi H. paragallinarum telah dilaporkan sejak tahun 1975, 1978 dan 1987. Tarmuji et al. melaporkan serotipe H. paragallinarum yang menyerang farm di Indonesia ialah serotipe A, B dan C.
H. paragallinarum di luar induk semang akan mudah mati dan mudah diinaktivasi. Desinfektan yang efektif untuk membunuh bakteri ini antar lain iodine (Antisep dan Neo Antisep) maupun ammonium quarterner (Medisep dan Mediklin).
Tanda Klinis Ayam Terserang Korisa
Masa inkubasi korisa antara 1-3 hari dan outbreak akan berlangsung selama 4-12 minggu (petelur) atau 6-14 hari (pedaging) tetapi masa ini tergantung dari tingkat keganasan penyakit, jumlah bakteri dalam tubuh ayam atau lingkungan kandang dan ada tidaknya infeksi sekunder. Ayam yang diafkir bisa mencapai 20%, morbiditas mencapai 100% sedangkan mortalitas 0,7-10% bahkan bisa mencapai 50%. Selain itu juga terjadi penurunan produksi telur 14-41%. Ayam yang sembuh dapat berperan sebagai carrier sehingga dapat menginfeksi ayam sehat lainnya yang berada dalam 1 populasi atau 1 kandang dengan ayam tersebut.
Tanda khas serangan korisa antara lain sulit bernapas, adanya lendir atau kotoran dari hidung yang mula-mula encer dan berlanjut sampai kental seperti nanah, bau yang menyengat seperti telur busuk, muka bengkak terutama pada daerah sinus di bawah mata, mata berair seperti menangis yang lama kelamaan akan menutup dan diare.
Pencegahan
Vaksinasi
Lakukan vaksinasi pada ayam petelur umur 6-8 minggu dan diulangi umur 16-18 minggu, sedangkan pada ayam pedaging pada umur 1-2 minggu. Akan lebih tepat bila jadwal vaksinasi disesuaikan dengan kondisi peternakan setempat. Penentuan jadwal vaksinasi yang tepat adalah paling lambat 3-4 minggu sebelum umur ayam rawan terserang korisa. Kapan umur ayam rawan terserang korisa bisa diperoleh dari pengalaman pada periode pemeliharaan sebelumnya.
Vaksin yang dijual di pasaran ada 2 macam yaitu yang berisi 2 jenis H. paragallinarum (bivalent) atau 3 jenis (trivalent). Contoh vaksin bivalent ialah Medivac Coryza B (berbentuk suspensi), sedangkan vaksin trivalent ialah Medivac Coryza T (berbentuk emulsi) dan Medivac Coryza T Suspension (berbentuk suspensi).
Vaksin bivalent digunakan berdasarkan informasi bahwa serotipe B bukan merupakan serotipe yang benar bermasalah bagi ayam sehingga masih bisa diatasi dengan vaksin yang berisi serotipe A dan C. Di lain sisi, karena saat ini sudah terlihat jelas keberadaan serotipe B hampir di seluruh belahan dunia maka vaksin trivalent sudah banyak dipergunakan di beberapa negara.
Mengapa Vaksinasi Korisa Penting?
Alasan mengapa vaksinasi korisa perlu dilakukan ialah :
  • Predileksi H. paragallinarum di sinus infraorbitalis yang miskin pembuluh darah dan obat yang diberikan sedikit mencapai sinus infraorbitalis
    Kedua hal inilah yang membuat selalu adanya carrier pada ayam yang pernah terserang korisa. Ayam tersebut merupakan sumber penularan penyakit karena di dalam tubuh ayam masih terdapat bakteri penyebab korisa walau belum sampai timbul gejala klinis.
  • Kesembuhan ayam yang terserang korisa akan terlihat lebih cepat pada ayam yang sebelumnya sudah divaksin korisa dibandingkan yang tidak divaksin. Selain itu, kejadian munculnya kasus akan lebih lambat (menunda kejadian kasus kori-sa) dan keparahannya akan terlihat lebih ringan bila sebelumnya sudah divaksin korisa.
Perbaikan Tata Laksana Pemeliharaan
  • Pemeliharaan sistem all in all out untuk menghindari penularan dari ayam tua ke ayam muda dan memutus siklus hidup bakteri di lokasi peternakan
  • Penanganan ayam carrier dengan benar melalui pengobatan secara tuntas atau memberikan obat pada waktu tertentu terutama saat perubahan cuaca. Selain itu, lakukan pengafkiran pada ayam carrier yang secara ekonomis tidak menguntungkan
Tindakan Keamanan Biosecurity
  • Lakukan istirahat kandang (kosong kandang) selama 30-60 hari setelah pembersihan dan desinfeksi kandang sebelum ayam diisi kembali. Desinfektan yang efektif untuk membasmi H. paragallinarum ialah golongan iodine (Antisep, Neo Antisep) dan ammonium quartener (Medisep, Mediklin)
  • Penyemprotan kandang setiap 1-2 minggu sekali
  • Sanitasi dan desinfeksi peralatan kandang (tempat ransum, tempat minum), kandang dan sekitarnya secara teratur
  • Sanitasi air minum secara rutin untuk mencegah penularan korisa melalui air minum
Tindakan Saat Terserang Korisa
1. Isolasi ayam yang sakit
2. Buang bangkai ayam segera dan se-jauh mungkin dari lingkungan kandang
3. Revaksinasi (jika belum parah) pada ayam petelur
4. Pemberian obat
Untuk mendapatkan keberhasilan pengobatan yang maksimal maka pemberian obat harus :
  • Sesuai dengan penyakit (diagnosa, sifat penyebab penyakit)
  • Tersedia dalam kadar (jumlah obat) yang cukup saat mencapai sinus infraorbitalis yang miskin pembuluh darah
  • Lama waktu yang cukup dalam kontak dengan organ sakit
Pada kasus serangan korisa tunggal dapat dilakukan ditangani dengan memberikan obat korisa antara lain Trimezyn, Erysuprim, Doctril (serbuk), Trimezyn-K (kaplet), Vita Tetra Chlor (kapsul), Gentamin atau Vet Strep (injeksi). Sedangkan pada kasus komplikasi dengan :
a. Virus (ND, IB, IBD, EDS’76)
  • Lakukan pemisahan ayam yang parah dan belum parah
  • Lakukan revaksinasi sesuai penyakit komplikasinya, kecuali bila ayam terserang IBD atau Gumboro maka jangan lakukan revaksinasi Gumboro
  • Berikan Vita Stress pada 1-2 hari setelah revaksinasi
  • Lakukan pengobatan korisa dengan antibiotik seperti kasus korisa tunggal
b. Bakteri lain (CRD, kolera, colibacillosis)
Pilih antibiotik yang efektif untuk korisa dan bakteri lain (spektrum luas).
c. Protozoa (koksidiosis, malaria like/ leucocytozoonosis)
Pilih antibiotik yang efektif untuk korisa dan protozoa (terutama preparat sulfa atau yang lainnya), misalnya Duoko, Therapy atau Sulfamix
5. Pemberian vitamin, seperti Fortevit, Aminovit atau Vita Stress untuk membantu meningkatkan kondisi tubuh ayam dan mengganti sel tubuh yang rusak oleh bakteri penyebab korisa.
Terkadang kita merasa bahwa segala upaya telah dilakukan guna mencegah dan menangani korisa, namun korisa masih saja menyerang. Oleh karena itu kita perlu terus melakukan evaluasi mengenai hal berikut :
  • Tata laksana pemeliharaan diterapkan dengan tepat termasuk biosecurity
  • aksinasi dengan benar dan tepat jadwalnya
Korisa memang sulit diberantas sampai tuntas tanpa penanganan yang komprehensif dari segala segi pemeliharaan. Mengingat hal tersebut maka slogan mencegah lebih baik daripada mengobati sangat tepat dilakukan oleh setiap peternak.


-->
Read more...